Postingan

Mengenang Raung! (Part 2)

Gambar
Sambungan... Turun dari puncak adalah momen paling menegangkan. Salah pijak bisa-bisa masuk jatoh ke jurang. Dengkul juga extra ngerem. Kalo lari jatohnya ntar gabisa ngerem, dan bisa-bisa ngglundung tanpa jejak. Setelah jalan pelan-pelan dan berhasil kembali ke pos 6 dengan lengkap dan selamat (Alhamdulillah), kita langsung bergegas packing, karna sehari ini (hari terakhir) target kita pokoknya harus turun sampe ke perkampungan. Karena nggak mungkin banget harus ngecamp lagi sementara logistik udah bersih. Waktu itu akhirnya kami memutuskan Mas Al dan Wens harus berangkat lebih dulu kebawah, disusul Aku dan Dina, kemudian dibelakang masih ada Nasrul dan Hamid. Keputusan itu muncul karena Mas Al dan Wens yang bisa jalan lebih cepet dari kami, kemungkinan pasti bakal sampe duluan di kampung dan mereka bisa balik lagi buat ngambilin kita semua air. Itu semua rencana yang kita buat, tapi ekspektasi jauh lebih mengerikan. Itu bener-bener pertama kali, khususnya mungkin buat aku pribadi, n

Mengenang Raung! (Part 1)

Gambar
Dari kiri : Wens, Dina, Aku, Hamid, Nasrul, Mas Al Aku sedang berada di rumah saat ini, nggak lagi galau, nggak lagi sendu. Kerjaku dari kemarin cuma bantuin ibuku dinas di dapur, yah sambil belajar jadi seorang calon istri kalo kata orang. (mumpung lagi liburan) Kemarin dan kemarinnya lagi banyak banget berita yang bersliweran di medsos saya (baca : Ig, Whatsapp, dll) mengenai pendakian, khususnya pendakian Gunung Raung. Dari berita berita yang beredar tersebut, tangan saya jadi ingin menggelitik keyboard dan menceritakan pengalaman saya dan tentu bersama teman daki saya waktu ke Gunung Raung. Pengalaman yah, yang biasa saja lah sama seperti kawan-kawan pendaki lainnya kalau lagi naik gunung. Mungkin nggak ada cerita horornya sama sekali, apalagi cerita kehilangan seorang teman pendakian, nggak ada kok. Cuma pengen share pangalaman aja hehehe. 1 September 2017 Pagi itu takbir menggema nggak ada hentinya, emang bener soalnya Jum'at itu adalah Hari Raya Idul Adha bagi uma

Sayangi masa depan dengan Prive Uri-Cran

Gambar
Akhir-akhir ini banyak sekali kegiatan yang memaksa saya untuk tetap tampil  fresh  saat diluar. Mulai dari tampilan fisik sampai kondisi kesehatan saya (luar dan dalam) harus tetap terjaga. Kenapa begitu? Saya suka banget keluar piknik mendaki gunung. Seperti yang saat ini lagi  booming  banget, yah naik gunung. Saya suka mengeksplor keindahan alam Indonesia yang satu ini sudah lama banget. Sejak kelas 3 SMA, saya beranikan diri naik ke atap tertinggi se-Jawa tanpa terikat organisasi dan hanya bermodal  open trip . Hingga saat ini banyak bayang-bayang gunung di Indonesia yang sedang datang ke fikiran saya. Ingin maksud hati mendatangi semuanya, apa daya waktu seolah memaksa untuk tetap diam saja. Bulan kemarin, tepatnya akhir maret saya pergi mendaki ke Gunung Panderman di Malang,  Jawa Timur. Banyak banget yang saya siapkan, mulai dari kebutuhan pribadi saya hingga barang bawaan wajib seperti obat-obatan dan tissue. Sebagai seorang wanita yang suka berpergian kemana-mana, terlebih

Untuk Diriku

Gambar
Hari ini aku melihat kedalam cermin teman-temanku. Aku belajar bahwa setiap detik berjalan, aku harus dapat makna dari hidupku, namun ternyata aku lebih banyak belajar tentang diriku sendiri. Aku bertanya pada diriku sendiri. Apakah aku gila mengajakmu bicara diriku? Aku ingin tahu kabarmu hari ini? Perasaanmu setiap pagi yang kamu luapkan selepas tidur yang mungkin singkat bagimu dan orang lain bilang kamu gemar. Bagaimanakah kabarmu hari ini? Lelahkah dengan segala yang aku perbuat? Apakah dirimu bermanfaat? Aku beralih, Dari semua puncak yang pernah aku pijak, aku bersyukur dan berterimakasih kedalam diriku sendiri. Trimakasih ‘aku’ yang sudah membawa tubuh ini berjalan lurus naik turun belok. Aku tanpamu cuma jadi ruh yang tak tau singgah dimana. Trimakasih ‘aku’ yang sudah membawa senyum setiap hari dalam keadaan apapun di dalam hidupku. Terimakasih kakiku, tanpamu aku tak tau rasanya kabut dingin diatas gunung. Tak pernah tau apa itu naik gunung dan sesuatu yang disebut

Track Terpanjang : Argopuro (Part 2)

Gambar
  Minta dipisah karna banyak… Istirahat adalah perlu, tapi nggak perlu di lama-lamain karena sebenernya kita udah ditunggu ‘puncak’. Nggak perlu di cepet-cepetin juga sih, karna katanya yang penting itu justru di PERJALANANNYA. Jam stengah 2 kita udah mencapai ‘cemoro limo’ meski sebelumnya sempet krisis air dan mesti ngode mas-mas yang lagi cari air di tempat extreme, karna mas-masku kayanya ngga mau susah cari air, atau capek mungkin nama lainnya. Setelah ‘cemoro limo’ beruntunglah kita bisa ketemu lutung kasarung jelmaan jaka tingkir dan jaka tarub yang ganteng, beginilah kalau kamu ketemu banyak cowok ganteng di gunung tapi cuman bisa liatin doang. Hahaha. Tapi kali ini beneran namanya lutung kasarung temen-temen. Amazing bisa lihat mereka tetep eksis dibelantara pengunungan yang emang suaka marga satwa. Semoga kalian diberi umur panjang ya tung, biar apa? Biar Indonesia nggak kehilangan spesies berharga like as Harimau Jawa, Orang Hutan, dan spesies lainnya. Biarlah kudo’akan